Rabu, 26 Mei 2010

Tari Kuda Lumping

Kuda Lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Konon, tari Kuda Lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari Kuda Lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari Kuda Lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Seringkali dalam pertunjukan tari Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa, dan merupakan aspek non militer yang dipergunakan untuk melawan pasukan Belanda.

Di Jawa Timur, seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah, seperti Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan daerah-daerah lainnya. Tari ini biasanya ditampilkan pada event-event tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.

Dalam pementasanya, tidak diperlukan suatu koreografi khusus, serta perlengkapan peralatan gamelan seperti halnya Karawitan. Gamelan untuk mengiringi tari Kuda Lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.

Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional Kuda Lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.

Dalam setiap pagelarannya, tari Kuda Lumping ini menghadirkan 4 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.

Pada fragmen Buto Lawas, biasanya ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.

Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, dalam setiap pagelaran selalu hadir para datuk, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam yang dikenakannya. Para datuk ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.

Pada fragmen selanjutnya, penari pria dan wanita bergabung membawakan tari senterewe.

Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari Kuda Lumping.

Selasa, 01 Desember 2009

cinta yang tersakiti




Dinginnya malam

Membangunkanku dari mimpi indahku

Kulihat alam sekitar

Sepi….tiada bernyawa

Membuat aku semakin teringat

Pada dirimu,,,,sayang

Sepinya malam

Tak sesepi diriku

Yang selalu menanti kehangatanmu

Dunia terasa hambar

Sejak kau pergi tingggalkanku

Hancurnya dunia karena kiamat

Tapi tak sehancur hatiku

Yang kepingan-kepingannya

Berpisah satu sama lain

Tanpa bisa disatukan lagi

Cinta yang pernah kita pupuk

Cinta yang membuat diriku selalu bahagia

Cinta yang membangkitkan semangatku

Cinta yang membuat diriku lebih berarti

Cinta yang kata orang cinta Romeo Juliet

Namun,,,,,,,,,,,,,,

Kini hanya tinggal kenangan

Kau berlalu dihadapanku

Tanpa pernah lagi melihat kebelakang

Kau gandeng dirinya dihadapanku

Kau puja dirinya

Tanpa kau pedulikan perasaaanku

Yang tersakiti karena cintamu

Teganya dirimu tinggalkanku

Tanpa ada kejelasan tentang kita

Apa salahku,,,apa salahku padamuHingga ku sebegitu hina dihatimu

Ku tak tahu apa yang harus kulakukan

Selasa, 10 November 2009

10 November



10 November merupakan salah satu hari yang bersejarah bagi Indonesia,dimana pada hari ini merupakan hari pahlawan.Dimana pada hari ini masyarakat mengorbankan seluruh jiwa raganya kepada Indonesia.

Kita sebagai generasi muda harus meniru dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sifat patriotisme seorang pahlawan.

Dan kita sebagai seorang pelajar harus mencontoh pula jejak sang pahlawan ,ini dapat kita praktikan melalui cara belajar kita yang semakin hari semakin bagus.

SEMANGAT TERUS PANTANG MUNDUR.......!!!!

;;